Masyarakat memandang berita sebagai
sebuah fakta di lapangan yang kemudian disajikan apa adanya oleh media. Hal ini
menyebabkan masayarakat merasa terkejut saat menyaksikan apa yang ditayangkan
di media ternyata tidak sama dengan apa yang mereka saksikan. Dengan kata lain,
apa yang ditampilkan media sudah melalui berbagai proses sehingga hasilnya
tidak utuh lagi seperti fakta. Memang, tidak semua fakta bisa ditampilkan utuh
dalam berita, tapi paling tidak campur tangan atau rekayasanya tidak terlalu
menyimpang dari kondisi yang sesungguhnya. Dengan demikian, masyarakat harus
menyadari berbagai pengaruh yang dihadapi media dalam menyampaikan sebuah
berita.
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese
(1996), dalam Mediating The Message: Theories of Influences on Mass Media
Content, menyusun berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
dalam ruang pemberitaan. Mereka mengidentifikasikan ada lima faktor yang
mempengaruhi kebijakan redaksi dalam menentukan isi media (bandingkan dengan
McQuail, 1987), sebagai berikut:
- Faktor
individual. Faktor ini berhubungan
dengan latar belakang profesional dari pengelola media. Level indivual
melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola media
mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak. Latar
belakang individu seperti jenis kelamin, umur, atau agama, dan sedikit
banyak mempengaruhi apa yang ditampilkan media. Latar belakang pendidikan,
atau kecenderungan orientasi pada partai politik sedikit banyak bisa
mempengaruhi profesionalisme dalam pemberitaan media.
- Rutinitas
media, berhubungan dengan mekanisme dan
proses penentuan berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran sendiri
tentang apa yang disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa
kriteria kelayakan berita. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang
berlangsung tiap hari dan menjadi prosedur standar bagi pengelola media
yang berada di dalamnya. Rutinitas media ini juga berhubungan dengan
mekanisme bagaimana berita dibentuk. Ketika ada sebuah peristiwa penting
yang harus diliput, bagaimana bentuk pendelegasian tugasnya, melalui
proses dan tangan siapa saja tulisan sebelum sampai ke proses cetak, siapa
penulisnya, siapa editornya, dan seterusnya.
- Organisasi.
Level organisasi berhubungan dengan struktur organisasi yang secara
hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bukan
orang tunggal yang ada dalam organisasi berita, ia sebaliknya hanya bagian
kecil dari organisasi media itu . Masing-masing komponen dalam organisasi
media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Di dalam organisasi
media, misalnya, selain bagian redaksi ada juga bagian pemasaran, bagian
iklan, bagian sirkulasi, bagian umum, dan seterusnya. Masing-masing bagian
tersebut tidak selalu sejalan. Mereka mempunyai tujuan dan target
masing-masing, sekaligus strategi yang berbeda untuk mewujudkan target
tersebut. Bagian redaksi misalnya menginginkan agar berita tertentu yang
disajikan, tetapi bagian sirkulasi menginginkan agar berita lain yang
ditonjolkan karena terbukti dapat menaikkan penjualan. Setiap organisasi
berita, selain mempunyai banyak elemen juga mempunyai tujuan dan filosofi
organisasi sendiri, berbagai elemen tersebut mempengaruhi bagaimana
seharusnya wartawan bersikap, dan bagaimana juga seharusnya peristiwa
disajikan dalam berita.
- Ekstra
media. Level ini berhubungan dengan
faktor lingkungan di luar media. Meskipun berada di luar organisasi media,
hal-hal di luar organisasi media ini sedikit banyak dalam banyak kasus
mempengaruhi pemberitaan media. Ada beberapa faktor yang termasuk dalam
lingkungan di luar media:
- Sumber
berita. Sumber berita di sini dipandang bukanlah sebagai pihak yang
netral yang memberikan informasi apa adanya, ia juga mempunyai
kepentingan untuk mempengaruhi media dengan berbagai alasan: memenangkan
opini publik, atau memberi citra tertentu kepada khalayak, dan
seterusnya. Sebagai pihak yang mempunyai kepentingan, sumber berita tentu
memberlakukan politik pemberitaan. Ia akan memberikan informasi yang
sekiranya baik bagi dirinya, dan mengembargo informasi yang tidak baik
bagi dirinya. Kepentingan sumber berita ini sering kali tidak disadari
oleh media.
- Sumber
penghasilan media, berupa iklan, bisa juga berupa pelanggan/pembeli
media. Media harus survive, dan untuk bertahan hidup kadangkala media harus
berkompromi dengan sumber daya yang menghidupi mereka. Misalnya media
tertentu tidak memberitakan kasus tertentu yang berhubungan dengan
pengiklan. Pihak pengiklan juga mempunyai strategi untuk memaksakan
versinya pada media. Ia tentu saja ingin kepentingannya dipenuhi, itu
dilakukan di antaranya dengan cara memaksa media mengembargo berita yang
buruk bagi mereka. Pelanggan dalam banyak hal juga ikut mewarnai
pemberitaan media. Tema tertentu yang menarik dan terbukti mendongkrak
penjualan, akan terus-menerus diliput oleh media. Media tidak akan
menyia-nyiakan momentum peristiwa yang disenangi oleh khalayak.
- Pihak
eksternal seperti pemerintah dan lingkungan bisnis. Pengaruh ini sangat
ditentukan oleh corak dari masing-masing lingkungan eksternal media (baca
teori normatif komunikasi massa, dan teori makro). Dalam negara yang
otoriter misalnya, pengaruh pemerintah menjadi faktor yang dominan dalam
menentukan berita apa yang disajikan. Keadaan ini tentu saja berbeda di
negara yang demokratis dan menganut liberalisme. Campur tangan negara
praktis tidak ada, justru pengaruh yang besar terletak pada lingkungan
pasar dan bisnis.
- Ideologi,
diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi tertentu yang
dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka
menghadapinya. Berbeda dengan elemen sebelumnya yang tampak konkret, level
ideologi ini abstrak. Ia berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang
dalam menafsirkan realitas.
Raymond William (dalam eriyanto, 2001)
mengklasifikasikan penggunaan ideologi tersebut dalam tiga ranah.
- ·
Sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu.
Definisi ini terutama dipakai oleh kalangan psikologi yang melihat
ideologi sebagai seperangkat sikap yang dibentuk dan diorganisasikan dalam
bentuk yang koheren. Sebagai misal, seseorang mungkin mempunyai
seperangkat sikap tertentu mengenai demontrasi buruh. Ia percaya bahwa
buruh yang berdemontrasi mengganggu kelangsungan produksi. Oleh karenanya,
demontrasi tidak boleh ada, karena hanya akan menyusahkan orang lain,
membuat keresahan, menggangu kemacetan lalulintas, dan membuat persahaan
mengalami kerugian besar. Jika bisa memprediksikan sikap seseorang semacam
itu, kita dapat mengatakan bahwa orang itu mempunyai ideologi kapitalis atau
borjuis. Meskipun ideologi disini terlihat sebagai sikap seseorang, tetapi
ideologi di sini tidak dipahami sebagai sesuatu yang ada dalam diri
individu sendiri, melainkan diterima dari masyarakat.
- ·
Sebuah sistem kepercayaan yang dibuat –ide palsu atau kesadaran palsu-
yang biasa dilawankan dengan pengetahuan ilmiah. Ideologi dalam pengertian
ini adalah seperangkat kategori yang dibuat dan kesadaran palsu dimana
kelompok yang berkuasa atau dominan menggunakannya untuk mendominasi
kelompok lain. Karena kelompok yang dominan mengontrol kelompok lain
dengan menggunakan perangkat ideologi yang disebarkan ke dalam masyarakat,
akan membuat kelompok yang didominasi melihat hubungan itu nampak natural,
dan diterima sebagai kebenaran. Di sini, ideologi disebarkan lewat
berbagai instrumen dari pendidikan, politik sampai media massa.
- ·
Proses umum produksi makna dan ide. Ideologi disini adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan produksi makna.
..................................................................................................................................................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar