Kebenaran Utopis
Tragedi
Mei 1998 merupakan salah satu peristiwa kelam bangsa Indonesia. Kerusuhan,
penjarahan massal, ditembak dan terbunuhnya mahasiswa Universitas Trisaksi,
serta adanya pemerkosaan manita keturunan Thionghoa, merupakan beberapa
kejadian yang dapat dilihat dalam tragedi tersebut. Kebenaran tragedi ini pun
juga belum dapat diungkapkan. Apalagi mengenai kebenaran adanya pemerkosaan
secara massal terutama pemerkosaan kepada wanita keturunan Thionghoa. Jika
pelecehan ini dilakukan hanya kepada wanita keturunan Thionghoa, hal ini
sangatlah memberikan gambaran bahwa adanya tujuan khusus untuk membasmi
keturunan Thionhoa. Jakarta membara, masyarakat turun ke jalan. Tidak ada
kontrol, semua melakukan kerusakan yang tak terberarti, ketakutan para orang-orang
keturunan Thionghoa dalam peristiwa tersebut membawa mereka pergi mengamankan
diri ke luar negeri. Sedangkan untuk masyarakat Thionghoa yang tidak mampu,
mereka tetap tinggal didalam negeri dengan berselimutkan ketakutan.
Apabila
ditelaah lebih dalam krisis finansial Asia merupakan awal dari semuanya. Dimana
krisis ini merupakan krisis finansial yang dimulai pada tahun 1997 di Thailan
dan mempengaruhi mata uang, bursa saham, dan harga aset lainnya dibeberapa
negara Asia. Di Indonesia krisis ini disebut sebagai krisis moneter. Pada waktu
itu Asia menarik hampir setengah dari modal negara berkembang. Selain itu juga
adanya kejadian dimana investor Barat kehilangan kepercayaan dalam keamanan di
Asia Timur dan memulai menarik uangnya. Selain adanya krisis moneter tersebut,
tragedi Trisakti merupakan tragedi lain yang terjadi pada Mei 1998, tragedi ini
dilatarbelakangi oleh dituntutnya Presiden Soeharto untuk turun dari
jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di
Jakarta. Kerusuhan ini pula yang menjadi penyebab orang-orang Thionghoa
cenderung meninggalkan tanah air dan pergi keluar negeri. Hingga muncullah isu
mengenai terjadinya pemerkosaan secara massal kepada keturunan Thionghoa
tersebut. Karena adanya kecemburuan masyarakat yang tidak mampu meninggalkan
tanah air ke luar negeri.
Untuk
menguak kebenaran isu yang berbau rasialisme tersebut akhirnya pemerintah pun
membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta atau TGPF. Tim ini bertugas untuk mencari
fakta mengenai kebenaran serta penyebab terjadinya kerusuhan tersebut. Apalagi
kerusuhan tersebut menyulut kemarahan dunia hingga ke luar negeri. Untuk
meredam kemarahan tersebut akhirnya tim TGPF secara resmi mengeluarkan
pernyataan yang mengatakan bahwa benar kejadian tersebut terjadi menimpa wanita
etis minoritas yang mencapai hampir seratus orang dan juga penganiayaan maupun
pembunuhan oleh sekelompok orang yang diduga telah dilatih dan digerakkan
secara serentak oleh suatu kelompok terselubung. Namun pembuktian akan
pernyataan tersebut tidak ada tindak lanjut. Bahkan ketika TGPF
mengidentifikasi bahwa adanya keterlibatan personal militer dalam peristiwa
tersebut. Hingga akhirnya tim TGPF mengajukan penemuannya ke Mahkamah Agung,
namun hingga detik ini kasus tersebut hanya sebagai suatu kejadian yang tak
ditemukan dan tersentuh kebenarannya. Hingga isu-isu yang belum tahu
kebenarannya yang tersebar dan mengakar sebagai suatu kebenaran dalam lapisan
masyarakat.
Agar
isu yang menyertai kejadian tersebut dapat dituntaskan seharusnya ada tindak
lanjut yang perlu dilakukan oleh masyarakat. Khususnya oleh generasi muda.
Dimana hal yang perlu dilakukan generasi muda adalah tidak menelaah isu yang
merujuk pada rasialisme tersebut secara mentah-mentah. Namun seharusnya
menyelidiki, dan lebih bertindak kritis untuk mencari tahu agar masalah ini
cepat selesai. Selain itu peran lainnya yang dapat dilakukan adalah bersikap
lebih sensitif untuk mendesak Mahkamah Agung untuk melakukan pengusutan dan
penanganan terhadap kasus tersebut.
Dengan cara menggabungkan semua komunitas di berbagai kalangan baik kalangan
masyarakat umum, maupun kalangan muda yang pro terhadap masalah ini untuk
melakukan pendesakan ke Mahkamah Agung dan pemerintah dalam menuntaskan isu dan
menemukan kebenarannya. Sehingga nantinya isu-isu mengenai sejarah kelam
Indonesia itupun bukan menjadi isu lagi, tetapi sudah dapat ditemukan kebenaran
mutlaknya, bukan kebenaran yang sifatnya utopis (berawang-awang).
Mengingat
sejarah merupakan pelajaran yang berharga bagi kita semua. Seharusnya sejarah
mampu menjadi pedoman untuk kita agar lebih baik lagi. Dari sejarah kita
belajar apa itu arti kesalahan. Dari sejarah juga kita dapat mengetahui
bagaimana hikmah untuk mendapatkan hal berharga seperti halnya pelajaran.
Sejarah baik berupa sejarah yang meninggalkan kenangan bagus maupun kelam
memberikan kita rasa agar kejadian kelam tidak terulang lagi. Sejarah kelam
tersebut memberikan cerminan agar tidak terulang lagi di masa sekarang dengan
memberikan ketransparansian pemerintahan kepada masyarakat. Dan memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk bicara kepada pemerintah bukan sebagai
pembicara yang ditampung aspirasinya. Tetapi seharusnya sebagai pembicara yang
dapat pula diwujudkan harapannya, sehingga kesempatan antara mewujudkan bangsa
yang lebih baik lagi dapat seimbang berjalan antara pemimpin dan yang dipimpin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar